Entri Populer

Senin, 31 Desember 2012

Wahyu dan Ilmu Pengetahuan

Ada seorang ilmuwan botani bertanya kepada orang bijak. "Mengapa shalat subuh hanya dua rakaat?"

Sang bijak menjawab, "Saya tidak tahu. Hal itu sudah merupakan hukum dari Allah dan kita harus mematuhinya." 

Begitu ilmuwan itu memahami bahwa orang bijak tersebut tidak mengetahui jawabannya, segera ia berlagak pandai, lalu berkata, "Dunia hari ini adalah dunia ilmu pengetahuan. Pada hari ini, agama tanpa ilmu pengetahuan tidak akan berjalan." 

Kemudian orang bijak itu balik bertanya, "Coba jelaskan, mengapa buah beringin itu kecil padahal pohonnya begitu besar dan kokoh sedangkan buah semangka itu demikian besar sementara pohonnya saja kecil dan lemah." 

Ilmuwan itu menjawab, "Saya tidak tahu." 

Kemudian sang bijak menjawab seperti apa yang dilakukan orang tadi, "Dunia hari ini adalah dunia ilmu pengetahuan. Ilmu harus membuktikan semuanya." 

Mendengar jawaban itu tampak kesombongan sang ilmuwan pupus. Kemudian orang bijak itu menjelaskan, "memang benar, dunia hari ini adalah dunia ilmu pengetahuan. Namun bukan berarti kita harus mengetahui semua rahasia alam semesta hari ini juga. Sudah tentu antara pohon beringin dan pohon semangka tersimpan suatu rahasia dan hubungan yang hingga saat ini ahli botani pun belum dapat menguaknya. Jadi, kita sepakat tentang adanya berbagai rahasia di alam ini. Namun demikian, kita sama sekali tidak dapat menerima pengakuan seseorang bahwa ia memahami rahasia alam seluruhnya." 

Yang patut kita renungkan kemudian adalah jika dalam mengamalkan suatu hukum dari sisi Allah, SWT orang harus selalu mengetahui terlebih dahulu rahasia di balik hukum tersebut, maka di manakah bahasa keimanan itu digunakan, dan dimanakah nilai penghambaan kepada Allah itu diberikan? Wahyu lebih mulia daripada ilmu pengetahuan dan lebih menakjubkan daripada pengetahuan manusia. Namun, anehnya mengapa kita jumpai banyak orang yang dapat menerima setiap peraturan, undang-undang, maupun hukum positif lainnya yang datang dari manusia, tetapi apabila berhadapan dengan hukum dari sisi Allah, SWT, manusia langsung menghindar dan tiba-tiba mencernanya dengan logika yang ia miliki? Kita seharusnya mulai sadar.